Mengelola Perubahan Dari Organisasi Konvensional ke Organisasi Kreatif Itu Tantangan Yang Luar Biasa


Kiri-Kanan – Wicak Hidayat (Potion Master Lab Kinetic), Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia), Adhi Brahmantya (Direktur Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bank Bukopin), Yansen Kamto (Chief Executive Kibar)

Kamis, 2 Maret 2017, karena urusan pekerjaan saya datang ke acara peluncuran BNVLabs, sebuah program kolaborasi antara Bank Bukopin dan Kibar sebagai inisiator Gerakan 1000 Startup Digital, yang merupakan sebuah program terintegrasi yang bertujuan untuk mendukung pengembangan ekosistem Startup Digital Financial Technology (Fintech) di Indonesia. Sederhananya, Bank Bukopin ingin mencari para inovator, creator, startup founder, ataupun calon founder yang mempunyai atau ingin mengembangkan ide Startup Fintech yang kedepannya dapat mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan berbagai macam jasa-jasa keuangan, dan khususnya industri perbankan. Keren dan bagus programnya! Tapi yang menarik buat saya dari acara itu adalah ikrar niat bank konvensional seperti Bukopin untuk bertransformasi ke era ekonomi kreatif dan ekonomi digital.

Saya tahu bahwa mengubah karakter seseorang itu tidak mudah. Untuk mengubah karakter seorang remaja usia 20 tahunan saja tidak mudah, sekarang bagaimana caranya mengubah sebuah bank berusia 47 tahun dengan karakter & kultur yang sudah terbentuk sedemikian rupa untuk bermanuver drastis?! Saya yakin ini adalah perjalanan yang berat buat Bank Bukopin. Tapi bagaimanapun perubahan itu harus dilakoni dengan serius jika memang niat. Pertanyaan yang cukup memprovokasi pada acara itu adalah: Bankers masa depan itu seperti apa sih? Sebuah provokasi yang kuat sampai saya berpikir, bisakah Bank Bukopin itu menjadi Bankers Masa Depan? Mudah-Mudahan lancar ya pak.

Ada momen yang menarik di acara itu. Acara tersebut dihadiri oleh para Direksi dari Bank Bukopin, Chief RA alias Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Tim Kibar yang dipimpin oleh Yansen Kamton (Bung Kamto), dan awak media tentunya (secara acara itu adalah acara konperensi pers). Momen menarik itu terjadi ketika sesi penjelasan mengenai apa itu BNVLabs yang dijelaskan oleh Adhi Brahmantya selaku Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi, dan Bung Kamto selaku Chief Executive dari Kibar. Sesi itu diawali dengan pertanyaan provokatif yang sebelumnya sudah saya sebutkan di atas. Pertanyaan itu dilontarkan oleh Bung Kamto: Bankers masa depan itu seperti apa sih? Kemudian dia lanjutkan: "Bankers masa depan itu seperti saya, yang masa lalu ya... seperti ini (sambil mengacu kepada bapak Adhi Brahmantya), sontak audiens pun tertawa.



Pada sesi tersebut, Bung Kamto itu hadir dengan mengenakan celana pendek hitam, kaos hitam, kemeja hitam yang tidak dikancing, dan sepatu kasual. Berbeda dengan Bapak Adhi yang pakai Polo Shirt dan celana pantalon + Sepatu "kantor" lah. Bung Kamto mengaku bahwa semua direksi Bank Bukopin dia paksa memakai Polo Shirt pada acara tersebut supaya terlihat lebih "masa depan". Di sesi itu dia juga bercerita, ketika Bank Bukopin menjajaki kerjasama dengan Kibar, Bung Kamto diundang untuk hadir ke Bank Bukopin untuk rapat bersama para Direksi. Tapi sebelumnya hadir, dia memastikan apakah boleh dia datang dengan mengenakan celana pendek? Karena kalau tidak boleh, dia tidak mau datang ke Bank Bukopin, menurut ceritanya. Lebih lanjut dia menjelaskan: "Kalau saya pakai celana pendek saja tidak boleh, berarti tidak mungkin mindset Bank Bukopin bisa berubah". Disini dia beranggapan, percuma mau ajak Kibar kolaborasi di era ekonomi kreatif digital ini kalau mindsetnya masih Jaman Dulu (Jadul), urusan sepele kayak celana pendek aja tidak boleh, bagaimana dengan hal-hal yang tidak sepele, sudah pasti sulit untuk melakukan perubahan yang fundamental. Hmmm menarik sekali...

Memang perubahan itu tidak bisa hanya kosmetik atau hanya dipermukaan saja. Perubahan itu butuh komitmen. Buat perusahaan mengubah kultur itu pasti sangat berat. Soal waktu kerja, soal seragam, soal interaksi antara rekan kerja, soal interaksi antar level organisasi, soal evaluasi kinerja, dan masih banyak sekali yang harus dipikirkan. Kalau soal kosmetik saja seperti tata cara berpakaian pada saat kerja saja menjadi isu dalam konteks perubahan, bagaimana mau berbicara mengenai perubahan organisasi lebih jauh lagi. Memang banyak organisasi sekarang ini pengen jadi kreatif, tapi ya.. harus berani. Harus berani mendobrak kebiasaan lama yang sudah tidak relevan. Dan memang butuh proses. Ya mudah-mudahan semua niat dipermudah ya, khususnya Bank Bukopin, semoga lancar program BNVLabsnya.

Komentar

Postingan Populer