Memetik Prinsip Hidup Oma Untuk Hidup Yang Lebih Bahagia di Dunia

Jika Oma masih ada, maka hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-85. Tahun lalu, 16 Agustus 2018, Oma berpulang. Hari ini saya tidak ingin bersedih. Saya ingin mengenang Oma dengan menceritakan pembelajaran yang saya petik melalui perilakunya, dari celotehnya, dan dari ketulusan yang nampak seperti keluguan. Pada saat itu saya jarang sekali memikirkan makna dan manfaat nilai-nilai dan cara hidup Oma. Sekarang jika saya mengenang kembali, bisa jadi itu adalah prinsip hidup yang bisa membuat kita lebih bahagia di dunia.

01. Sedih Boleh, Tapi Jangan Terlalu Lama

Ketika ada temannya Oma yang sakit atau meninggal, Oma suka berkata “Itu kasian ya sakit, mudah-mudahan sembuh ah ya Allah “, sambil nyetir mobil dan wajah sedikit prihatin. “innalilahi wa inna ialihi rajiun, meninggal si ‘fulan’, mati dia, kasian ya..”, dengan wajah prihatin, mungkin sedikit air mata. Mengingat kembali ketika Oma masih hidup, jarang sekali Oma larut dalam kesedihan. Mungkin hatinya sedih, tapi dia tidak suka terus-terusan bersedih. Terkait sakit dan kematian, Oma suka berceloteh sambil nyetirin saya ke manapun bahwa sakit dan mati itu Allah yang kasih, jadi minta lah sama Dia agar dijauhkan dari segala penyakit. Kalau umur Allah yang tahu, kita tidak tahu kapan kita akan dijemput.

Pada saat Oma meninggal, perasaan ini bercampur aduk antara sedih dan syukur. Syukur karena Oma tidak lagi harus merasakan lelahnya ketidakberdayaan. Tidak berdaya melawan dimensia yang membuatnya lupa banyak hal, termasuk lupa keluarganya. Tidak berdaya melawan flu dan pilek yang membuat sulit untuk bernafas normal. Tidak berdaya menggerakan tubuhnya yang membuat Oma harus bergantung pada orang lain untuk beraktivitas, bahkan membutuh selang untuk makan. Di lain sisi saya juga Sedih. Sedih karena Oma, salah seorang yang paling berpengaruh dalam hidup saya, berperan penting dalam menjadikan saya orang seperti ini, orang yang dengan senang mengantar dan menjemput saya meskipun kemana pun saya pergi, harus pulang. Tapi kesedihan janganlah berlarut-larut. Mengingat kembali hari-hari menyenangkan bersama Oma membuat saya tidak bersedih, semoga Oma selalu dilindungi Allah SWT.

02. Carilah Teman Hidupmu!

Setelah maghrib, saya sedang asik nonton TV di kamar Oma. Tiba-tiba Oma berkata: “Can, nanti kamu cari Teman Hidup ya”. saya pun bertanya, “Teman Hidup?”, “Iya Teman Hidup, ya kan nanti (perempuan ini) jadi Teman kamu sampai Tua, Teman Ngobrol, Teman Main”. Saya yang waktu itu masih kelas 3 SMA, tidak punya pacar berusaha mencerna baik-baik kata-kata itu. Saya memang tidak punya pacar, tapi saya punya seorang sahabat perempuan waktu itu berprinsip TIDAK mau berpacaran dengan sahabat saya sendiri, meskipun saya menaruh perasaan padanya. Berbulan-bulan saya merenungkannya, saya pun akhirnya menanggalkan prinsip usang itu. Dengan dorongan “Teman Hidup” tadi, saya pun menyatakan bahwa saya tidak ingin hanya menjadi sabahatnya, dan ingin si perempuan menjadi “Teman Hidup” saya. Sekarang, saya sudah menikah dan hidup bersama sahabat saya, Teman Hidup saya.

03. Uang itu Harus Ada dan Jangan ditimbun. Kalau nanti duitnya tidak ada… ya… mudah-mudahan nanti ada (Rejeki di Tangan Allah)

Soal uang, Oma itu sangat royal menjajani cucu dan teman-temannya. Oma bisa dikatakan sangat beruntung gaya hidupnya ditopang oleh perusahaan ekspor di bidang perikanan dan kelautan yang didirikan oleh Opa. Jadi ya bersyukurlah hidup jarang ‘susah-susah’ amat. Setiap tahun kerjaan Oma hanya menagih Dividen pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadi kalau Oma ngomong, “Yuk makan-makan yuk, besok mau Oma mau rapat (mau dapet duit)”hehehe. Namun ada kalanya juga uang tidak kunjung turun karena situasi perusahaan. Saat itulah Oma pun mengurangi makan-makan, belanja, nyetir sih terus, tapi jajan berkurang, dan asupan uang jajan ke kami cucu-cucunya pun berkurang. Prinsipnya, ketika Uang ada, nikmatilah. Ketika uang tidak ada, ya gakpapa… kurangi saja semua-semuanya, sambil berdoa “ya Allah mudah-mudah dikasih lagi rejeki.” Ketika kamu bersedih karena tidak punya uang, ingatlah prinsip 01. Dan gunakan uang itu bukan untuk kesenangan pribadi, tapi juga untuk kesenangan orang sekitar khususnya keluarga dan teman-teman.

04. Jangan Marah-Marah Biar Gak Cepet Mati

Hidup itu tidak boleh marah-marah. Oma itu kalau ada orang yang marah-marah malah dikasih tahu, “eh, jangan marah-marah dong, marah gak bagus itu, cepet mati loh!” Orang lagi marah dibilang kayak gitu biasanya tambah marah. Tapi mungkin karena yang kasih tahu Nenek-Nenek, makanya aman. Sama seperti prinsip 01, marah boleh saja, tapi jangan berlarut-larut. Kalau kata Papa saya, marah itu sudah biasa, ungkapkan saja, jangan dipendam, tapi yaudah jangan lama-lama. Dulu waktu SMA saya suka marah dan kesel. Kalau sudah dengar Oma ngomong ‘Jangan Marah, Jangan Kesel, Nanti Cepet Mati’, saya pun mereda.

05. Tidak Berandai-Andai

Tidak pernah saya melihat atau mendengar Oma berandai-andai. Berandai-andai mau punya ini, mau punya itu, berandai-andai mau hidup seperti apa, berandai-andai kalau saya bisa menjalani hidup yang lain, no! never! Oma mencintai hidupnya dan tidak berandai-andai (ya karena hidupnya sudah enak, hehehe). Jalani hidup sehari-hari tanpa berandai-andai sangat menenangkan dan tidak stress.

06. Hidup itu untuk dinikmati bersama

Punya uang disimpen sendiri itu sangat bukan Oma. Uang itu untuk dinikmati bersama teman-teman dan keluarga (khususnya cucu-cucunya). Menurut anak-anaknya, perilaku Oma yang satu ini berada pada level yang memprihatinkan. Bagaimana tidak mengkhawatirkan jika Oma bisa menghabiskan uang berjuta-juta dalam sehari untuk pergi sama cucu-cucu dan temannya, untuk mengisi bensin, untuk makan enak, dan untuk “wisata” setiap hari. Sering sekali saya dimarahi sama Papa, Tante, dan Om saya karena diduga penyebab uang Oma cepat habis. Bisa jadi benar, tapi bisa jadi Papa, Tante, dan Om juga salah, hehehe. Menurut saya Oma melihat uang itu sebagai sekedar fasilitas yang kalau ada ya syukur, kalau gak ada ya mudah-mudahan dikasih lagi rejeki. Money goes around and comes around. Orang bisa saja menilai bahwa Oma itu hedon, hidupnya hanya mencari kesenangan semata dengan tendensi yang menghakimi. Tapi nyatanya Oma sangat menikmati uang itu bersama orang-orang yang dia sayangi. Masih ingat ketika kondisi keuangan yang tidak semewah biasanya, Oma masih memaksakan diri untuk memberikan uang jajan yang (menurut saya) lebih dari cukup. Bagi saya itu menandakan bahwa kemampuan memberi dan berbagi adalah kebahagiaan buat Oma.

07. Doakan yang Sudah Mendahului dan Mengadulah Kepada Allah

Tengah malam saya terbangun dan melihat Oma sedang Shalat Malam. Saya bangun dan menunggunya selesai Shalat. Setelah selesai Oma melihat saya dan dia mulai berkata: “Oma tiap malam doakan keluarga yang udah meninggal (sambil menunjukkan buku kecil yang di dalamnya terdapat daftar nama keluarga yang telah berpulang), Opa, om Arief, Babah… dan juga mendoakan keluarga yang masih hidup. (Diam Sejenak) Chan, kamu kalau ada apa-apa ngadunya ke Allah, sudah pasti Allah itu mendengar… mudah-mudahan segalanya dimudahkan…”. Kalimat ini adalah kalimat yang selalu membuat saya sedih. Kadang kita lupa bahwa bahwa Allah itu Maha Mendengar dan akhirnya kita malah mengadu ke manusia lain yang juga gudangnya dosa dan kesalahan. Khususnya untuk semua yang beragama, curhatlah pada tempat sebaik-baiknya curhat. Mudah-mudahan dimudahkan segala urusan.

Oma, semoga kita sekeluarga bisa masuk Surga dan berkumpul bersama.

Komentar

Postingan Populer