Apa yang Bisa Dipelajari dari "Penolakan" Jepang untuk Menayangkan Film Oppenheimer?



Meskipun sudah rada telat, saya merasa topik ini cukup menarik. Seperti yang diketahui bahwa Jepang-setidaknya hingga hari ini (25 agustus 2023) belum mengeluarkan tanggal penayangan film yang disutradarai oleh Christopher Nolan itu di negaranya. Sudah 1 bulan sejak awal rilis film tersebut, tanggal tersebut tidak kunjung datang, tapi tidak juga ada pelarangan atau banned dari negara matahari terbit tersebut. Peristiwa ini tentu bukan sesuatu yang aneh jika terjadi mengingat sejarah bom atom ini sangat membekas dan traumatik bagi masyarakat Jepang. Bagi saya seorang yang Suka sekali merenung dan membayangkan apa yang terjadi dalam pikiran orang lain, maka saya ingin menginterpretasikan peristiwa ini. Apa yang bisa kita pelajari dari "penolakan” film Oppenheimer di Jepang.

Film Oppenheimer adalah film biografi yang menceritakan tentang kehidupan dan karya ilmiah J. Robert Oppenheimer, seorang fisikawan Amerika Serikat yang dikenal sebagai “bapak bom atom”. Film ini disutradarai oleh Christopher Nolan, seorang sineas terkenal yang telah menghasilkan film-film spektakuler seperti The Dark Knight, Inception, Interstellar, dan Tenet. Film ini didasarkan Pada biografi yang berjudul “American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer.

Film Oppenheimer, yang disebut oleh Christopher nollen adalah karya interpretasi dirinya sebagai seorang seniman, menggambarkan bagaimana Oppenheimer memimpin Proyek Manhattan, sebuah proyek rahasia yang bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir pertama di dunia selama Perang Dunia II. Film ini menyoroti konflik batin dan moral yang dialami oleh Oppenheimer setelah bom atom yang diciptakannya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada Agustus 1945, yang menyebabkan kematian masyarakat Hiroshima dan Nagasaki Yang diperkirakan mencapai 200.000 orang pada saat itu, dan juga tidak lupa para penyintas ledakan tersebut yang hidup dengan luka psikologis hingga hari ini.

Film ini dibintangi oleh aktor-aktor papan atas seperti Cillian Murphy, Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr., Florence Pugh, dan lain-lain. paska rilisnya secara global pada 21 Juli 2023, Oppenheimer mendapatkan banyak pujian dari kritikus dan penonton. Namun, film ini juga menuai kontroversi di beberapa negara, terutama di Jepang.

Sudah Pasti Film Oppenheimer Dianggap Sensitif oleh Warga Jepang!

Peristiwa yang dingkat melalui film Oppenheimer sudah pasti merupakan peristiwa yang Meskipun hingga hari ini “perlombaan” senjata nuklir terus berlangsung dan membuat Nuclear Proliferation Treaty seperti impoten, peristiwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki tersebut merupakan serangan nuklir pertama dan satu-satunya dalam sejarah manusia modern. Pengeboman tersebut menyebabkan kematian sekitar 200 ribu orang secara langsung atau tidak langsung1. Pengeboman tersebut juga menyebabkan kerusakan fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang luar biasa bagi kedua kota tersebut2. Pengeboman tersebut juga memicu efek jangka panjang seperti penyakit akibat radiasi, mutasi genetik, stres psikologis, dan diskriminasi sosial bagi para korban dan keturunannya3.

Pengeboman atom tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyerahan diri Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II. Peristiwa ini tentu berdampak pada perubahan politik, ekonomi, sosial, dan budaya Jepang pasca perang. Pengeboman atom tersebut juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan hubungan Jepang dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Dibalik senyum manis nya orang Jepang, luka lama yang super traumatik itu tidak akan hilang terutama di antara mereka yang mengalaminya.

Sebagai sebuah karya intrepretatif, film ini dinilai hanya berfokus pada perspektif dan dilema ilmuwan, J. Robert Oppenheimer. Seolah ada upaya membangun empati dari para penonton bahwa para pelaku sejarah juga manusia yang punya “hati terluka”.Orang Jepang merasa bahwa film tersebut tidak sensitif, tidak sopan, dan bias terhadap pihak Amerika. Beberapa berspekulasi bahwa film tersebut tidak akan dirilis atau dilarang di Jepang, namun hal ini belum dikonfirmasi oleh pihak distributor. Wajar saja jika nantinya tanggal rilis tidak kunjung datang, karena ada kemungkinan memunculkan perasaan yang sangat melukai hati penonton Jepang. Film tersebut juga menuai kritik dari kelompok lain, seperti Hindu, yang keberatan dengan adegan di mana Oppenheimer membaca kitab suci saat berhubungan seks.

Apa Pembelajaran Yang Bisa Dipetik Dari “Penolakan” Jepang untuk Menayangkan Film Oppenheimer?

Penolakan Jepang untuk menayangkan film Oppenheimer di negaranya memiliki dampak dan makna yang beragam bagi berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa dampak dan makna dari penolakan tersebut:
  • People Forgive, But Not Forget. Apalagi jika peristiwa tersebut berdampak sangat luar biasa bagi seseorang. Diberbagai kesempatan, masyarakat Jepang menyampaikan bahwa mereka sudah melupakan atau memaafkan peristiwa yang sudah berlalu tersebut, tapi apakah mereka melupakan? “penolakan” ini jelas sebuah gesture yang sangat bertentangan dengan apa yang diekspresikan keluar. Jika kita mendalami lagi mengenai budaya Jepang yang sangat menjunjung tinggi kehormatan, ungkapan kata “kami sudah melupakan, memaafkan, bahkan minta maaf kepada Amerika”, seperti memposisikan Amerika sebagai manusia yang tidak punya rasa hormat dan moral yang rendah. Tapi sebagai bangsa yang berbudaya konteks rendah, Amerika mungkin tidak memahaminya. Atau bisa jadi mereka paham, tapi memilih mengabaikannya dan mempertahankan kewibawaannya dengan “kekuatan”nya.
  • There are Always Two Sides of the Coin. Bagi warga Jepang, Film Oppenheimer yang hanya berfokus pada sudah pandang Oppenheimer tentu tidak menggambarkan kebenaran yang utuh. Tapi bagi Chris Nolan, sangat sah juga jika dirinya membela diri dengan mengatakan bahwa karya interpretasinya ini yang berfokus pada satu kebenaran saja, yaitu sudut pandang Oppenheimer. Sehingga dalam menyikapi segala sesuatu yang kontroversial, kita harus selalu melihat semua sisi untuk memahami argumen semua pihak sebelum kita bersikap. Namun, “penolakan” penayangan ini jelas ada upaya untuk melindungi banyak orang yang memiliki trauma dan luka sejarah yang masih dirasakan. Dan jika dikaitkan secara sikap politik Amerika, “penolakan” ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap para korban dan keluarga yang masih hidup, dan merupakan bentuk protes terhadap Amerika Serikat yang dianggap belum meminta maaf secara resmi atas pengeboman atom tersebut.
  • Butuh Keberanian Untuk Berkarya. Menyampaikan “Kebenaran” Sudah Pasti Menyinggung Beberapa Pihak. Kalau dalam dunia Dakwah, kita tahu kalimat “Sampaikanlah Meskipun Hanya Satu Ayat”. Dan seringkali satu ayat itu menyinggung beberapa pihak. Tapi jika tidak disampaikan, tentu sebuah pesan penting tidak akan tersampaikan. Kembali ke film Oppenheimer, penolakan tersebut merupakan bentuk tantangan dan kesempatan untuk menyampaikan pesan dan visi mereka kepada publik. Penolakan tersebut juga merupakan bentuk risiko dan konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai pembuat film yang berani mengambil topik yang sensitif. Penolakan tersebut juga merupakan bentuk apresiasi dan kritik yang harus mereka terima sebagai pembuat film yang ingin memberikan perspektif yang berbeda.
  • Manusia Memiliki Perhatian Pada Isu Kemanusiaan dan Tidak Menyukai Pihak-Pihak Yang Bermain-Main Dengan Isu Kemanusiaan. Bagi masyarakat dunia, penolakan tersebut merupakan bentuk kesadaran dan perhatian terhadap isu-isu yang berkaitan dengan perang, nuklir, dan kemanusiaan. Penolakan tersebut juga merupakan bentuk dialog dan diskusi terhadap sejarah, kebenaran, dan tanggung jawab. Penolakan tersebut juga merupakan bentuk belajar dan menghargai terhadap keberagaman, toleransi, dan perdamaian.

Singkat kata,”penolakan” negara Jepang untuk menayangkan film Oppenheimer di negaranya merupakan sebuah fenomena yang bisa dipelajari dari berbagai sudut pandang. Dimana pun posisi politik anda, sudut pandang anda, satu kebenaran yang pasti adalah: Bom Atom yang diceritakan di film itu sungguh membunuh banyak manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada saat itu dan peristiwa itu tidak terlepas dari peran-peran manusia yang terlibat di dalamnya. Semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal untuk semua pihak.

Komentar

Postingan Populer