Islam: Agama Macho di Tengah Krisis Maskulinitas


Umat Muslim sepenuhnya meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan universal. Agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik imaniyah, ibadah, muamalah, muaasyarah, maupun akhlak. Sebagai agama, Islam juga menghargai dan menjaga keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan fitrah dan kodrat mereka masing-masing. Islam juga mengatur hak dan kewajiban yang adil dan proporsional bagi laki-laki dan perempuan, tanpa mendiskriminasi atau mengeksploitasi salah satu pihak


Di tengah kondisi dunia yang semakin liberal dan sekuler, Islam sering kali mendapat stigma negatif. Banyak ajaran-ajaran Islam yang diputarbalikan dan dinarasikan secara negatif oleh media barat, media liberal, dan sekuler. Salah satunya narasi negatif yang belakangan dibangun oleh mereka yang tidak menyukai isi dan ajaran Islam adalah narasi bahwa Islam sebagai agama misoginis dan agamanya para lelaki macho (yang dikaitkan dengan kekerasan penaklukan). Penyebab dimunculkannya narasi yang tidak benar ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti (1) ketidakpahaman orang-orang terhadap ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya, (2) ketidaksesuaian dengan nilai-nilai barat (3) krisis maskulinitas yang muncul belakangan bersama dengan meningkatnya visibilitas gerakan LGBTQ+ secara global.



Walaupun saat ini Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, masih banyak orang yang memiliki pemahaman yang salah tentang Islam. Sangat disayangkan juga ketidakpahaman ini juga dibarengi dengan menurunnya minat baca secara global. Padahal ketidakpahaman ini hanya bisa diselesaikan dengan membaca. Situasi ini menjadikan perintah Allah pertamakali kepada nabi Muhammad SAW untuk "Membaca" (Iqra), menjadi sangat relevan hari ini ditengah krisis membaca di banyak tempat. 

Hari ini, khususnya di negara-negara Barat, yang masyarakatnya dikendalikan oleh propaganda media dan opini publik, banyak orang yang dibiarkan, dijauhkan, dan dibuat agar tidak mau mengetahui Islam secara benar, khususnya tentang konsep-konsep seperti kepemimpinan, peran, tanggung jawab, hak, dan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam Islam. Dengan penuh keyakinan terhadap apa yang disampaikan oleh media mereka, seringkali masyarakat barat hanya melihat Islam dari sudut pandang budaya, tradisi, atau politik yang diimaninya. Propaganda media dan opini publik yang negatif atau bias terhadap Islam pada akhirnya semakin menjauhkan masyarakat dari mengenal apa itu Islam. 




Bukan hanya tidak memahami, masyarakat Barat juga seringkali menganggap nilai-nilai Barat adalah nilai-nilai universal yang harus diterima dan diikuti oleh semua orang di dunia. Nilai-nilai Barat ini seperti sekularisme, liberalisme, feminisme, humanisme, pluralisme, relativisme, dan sebagainya, menjadi nilai yang dianggap progesif dan modern. Tidak hanya di level masyarakat, di level negara pun banyak negara-negara barat yang bertindak seperti "Polisi Dunia" dengan memaksakan nilai-nilai, cara pandang, dan kebijakan-kebijakannya kepada negara lainnya.

Namun, harus kita akui bersama bahwa ada beberapa kebaikan dari nilai-nilai yang disebutkan di atas. Hanya saja, nilai-nilai tersebut pada titik tertentu ada pertentangan atau bahkan bertabrakan dengan kemuliaan nilai-nilai Islam, terutama dalam hal pandangan tentang Tuhan, manusia, alam, kebenaran, kebaikan, keadilan, dan kebahagiaan. Sehingga dengan pertentangan ini, Islam seringkali di cap sebagai agama yang tidak progresif, kuno, tradisional, dan tidak dinamis. Termasuk terkait ajarannya mengenai peran laki-laki dan perempuan.

Relevansi Islam Pada Krisis Maskulinitas

Krisis maskulinitas adalah fenomena sosial yang terjadi akibat hilangnya atau melemahnya identitas dan peran laki-laki dalam masyarakat. Terbangunnya persepsi terhadap krisis ini umumnya disebabkan oleh beberapa faktor:



Pergeseran makna feminisme. 
Feminisme adalah gerakan sosial yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan perempuan di berbagai bidang kehidupan. Awalnya, feminisme memiliki tujuan yang mulia dan sesuai dengan ajaran Islam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh Barat, feminisme mengalami pergeseran makna menjadi gerakan yang radikal, ekstremis, atau bahkan anti-laki-laki. Feminisme jenis ini menolak perbedaan antara laki-laki dan perempuan, menuntut kesamaan atau bahkan keunggulan perempuan atas laki-laki, serta menyerang atau merendahkan nilai-nilai maskulin.


Idola pria yang tampil seperti perempuan. 
Di era globalisasi dan media sosial, banyak orang yang terpapar oleh berbagai macam idola atau selebriti yang memiliki pengaruh besar terhadap gaya hidup dan perilaku mereka. Salah satu fenomena yang cukup mencolok adalah munculnya idola-idola pria yang tampil seperti perempuan, baik dalam hal penampilan fisik maupun sikap mental. Idola-idola ini antara lain adalah boyband Korea Selatan seperti BTS atau EXO, penyanyi pop seperti Harry Styles atau Justin Bieber, aktor Hollywood seperti Timothée Chalamet atau Johnny Depp, dan sebagainya. Idola-idola ini sering kali dianggap sebagai panutan atau role model oleh banyak orang, terutama generasi muda.


Gerakan LGBTQ+ yang semakin masif. 
LGBTQ+ adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok orang yang memiliki orientasi seksual atau identitas gender yang berbeda dari norma sosial. Gerakan LGBTQ+ adalah gerakan sosial yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan LGBTQ+ di berbagai bidang kehidupan. Gerakan ini semakin masif dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama dari Barat. Gerakan ini juga sering kali menantang atau menyerang nilai-nilai agama, terutama Islam, yang menganggap bahwa perilaku LGBTQ+ sebagai penyimpangan dan dosa.

Di tengah "progresif"nya dunia barat, justru banyak orang mulai menemukan Islam sebagai agama yang relevan dan menarik baik bagi laki-laki dan perempuan. Bagaimana tidak? Islam memberikan panduan dan solusi bagi laki-laki untuk mengembalikan dan menjaga maskulinitasnya sesuai dengan fitrah dan kodratnya, dan juga mengembalikan perempuan pada keistimewaannya. Islam memberikan makna dan tujuan hidup bagi laki-laki dan perempuan, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara beriman, berakhlak, berjihad, dan berdakwah.

Disamping ajaran-ajarannya, Islam juga memberikan contoh-contoh teladan bagi laki-laki dalam berperilaku, yaitu: Nabi Muhammad SAW, para sahabat Nabi SAW, para ulama dan mujahidin Islam, serta para tokoh-tokoh Islam lainnya. Mereka adalah laki-laki yang memiliki sifat-sifat seperti iman, ilmu, amal, akhlak, sabar, shalih, shidiq, amanah, tabligh, fathanah, tawakkal, zuhud, jihad, syukur, khusyu’, taqwa, ikhlas, adil, cinta Allah dan Rasul-Nya. Dari teladan-teladan ini banyak orang menemukan jalan untuk kembali ke jalan yang lurus.

"Maraknya" Laki-laki Macho yang Memilih Islam sebagai Agamanya

Ketika banyak laki-laki yang tampil layaknya perempuan dan mengabaikan perannya sebagai pemimpin dalam keluarga, terdapat beberapa laki-laki "macho" yang mengidentifikasikan dirinya sebagai Muslim. Ada yang dari lahir memeluk islam, dan ada juga yang memutuskan untuk memilih Islam sebagai agama barunya. Munculnya laki-laki "macho" ditengah krisis maskulinitas ini pun berkontribusi pada terbangunnya narasi Islam sebagai agama "Macho". Seperti pada umumnya, kemunculan sosok-sosok "macho" ini dirayakan oleh sebagian orang, tapi juga dicemooh oleh sebagian orang. Meskipun "Macho" ini adalah "solusi" dari krisis, beberapa media menarasikan "Macho" ini secara negatif dan dinarasikan sebagai kemunduran. 

Di banyak platform, laki-laki "macho" menyampaikan bahwa mereka merasakan bahwa Islam memberikan mereka kepuasan dan kedamaian batin, serta mengembalikan dan menjaga maskulinitas mereka. Berikut adalah laki-laki "macho" yang teridentifkasi sebagai Muslim dan juga memilih Islam sebagai agamanya yang baru:


Andrew Tate. 
Andrew Tate adalah seorang petinju profesional dan juara dunia kickboxing asal Inggris. Ia juga dikenal sebagai seorang pengusaha dan selebriti media sosial. Pada tahun 2020, ia mengumumkan bahwa ia telah masuk Islam setelah mempelajari agama ini selama beberapa tahun. Ia mengatakan bahwa ia tertarik dengan Islam karena agama ini memiliki aturan-aturan yang jelas dan tegas, serta menghormati perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Ia juga mengatakan bahwa Islam membuatnya menjadi lebih tenang, lebih disiplin, dan lebih bahagia.



Mike Tyson. 
Mike Tyson adalah seorang mantan petinju profesional dan juara dunia tinju kelas berat asal Amerika Serikat. Ia juga dikenal sebagai seorang aktor dan penulis. Ia masuk Islam pada tahun 1992 saat mendekam di penjara karena kasus pemerkosaan. Ia mengatakan bahwa Islam memberinya harapan dan kekuatan untuk bangkit dari kesulitan hidupnya. Ia juga mengatakan bahwa Islam membuatnya menjadi lebih sabar, lebih rendah hati, dan lebih dekat dengan Allah SWT.




Muhammad Ali. 
Muhammad Ali adalah seorang legenda tinju dan aktivis sosial asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah satu petinju terbaik dan terpopuler sepanjang sejarah. Ia masuk Islam pada tahun 1964 setelah bertemu dengan Malcolm X, seorang tokoh gerakan hak-hak sipil dan pemimpin organisasi Nation of Islam. Ia mengatakan bahwa Islam memberinya identitas dan harga diri sebagai orang kulit hitam, serta memberinya motivasi untuk berjuang melawan ketidakadilan dan diskriminasi. Ia juga mengatakan bahwa Islam membuatnya menjadi lebih bijaksana, lebih berani, dan lebih mencintai Allah SWT.



Yusuf Estes. 
Yusuf Estes adalah seorang mantan pendeta Kristen dan pengusaha asal Amerika Serikat. Ia masuk Islam pada tahun 1991 setelah berdialog dengan seorang Muslim yang ingin membeli salah satu toko musik miliknya. Ia mengatakan bahwa Islam memberinya kebenaran dan kedamaian yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia juga mengatakan bahwa Islam membuatnya menjadi lebih jujur, lebih adil, dan lebih bersyukur. Ia kini menjadi seorang dai dan pembawa acara televisi yang populer di dunia Islam.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa relevansi nilai-nilai Islam meningkat di tengah krisis maskulinitas yang melanda dunia. Islam memberikan panduan dan solusi bagi laki-laki untuk mengembalikan perannya sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Islam juga memberikan makna dan tujuan hidup, peran dan tanggung jawab, contoh-contoh teladan, serta motivasi dan insentif bagi laki-laki untuk meningkatkan kualitas dirinya sebagai laki-laki. Banyak laki-laki di dunia yang memilih Islam sebagai agamanya karena mereka merasakan bahwa Islam memberikan mereka kepuasan dan kedamaian batin, serta mengembalikan fungsi dan peran laki-laki dan perempuan sesuai dengan penciptaannya.

Komentar

Postingan Populer