Makna Bendera 1/2 Tiang Pada Peristiwa G30S dan Fakta Yang Seharusnya Bisa Disepakati Bersama

Minggu lalu tanggal 30 September, saya menerima pesan singkat dari mertua saya. pesannya sangat singkat: ”pasang bendera setengah tiang”. Dari pesan singkat itu saya sejujurnya merasa bimbang, berkabung bendera 1/2 tiang ini benar gak sih untuk dilakukan? Sementara sampai hari ini saja, kasus kelam ini saja belum diketahui kebenarannya. FYI, mertua saya itu kelahiran 1949, dan menjadi saksi kekejaman yang terjadi pada saat itu. Umumnya orang percaya PKI dalangnya, tapi belakangan, ORBA lah dalangnya. Bingung kan?

Sebelumnya anda membaca lebih lanjut, perlu diketahui bahwa bahwa saya termasuk orang yang berpendapat bahwa sejarah mengenai peristiwa G30S perlu diluruskan. Sehingga, sebagai orang yang merasa bahwa sejarah G30S ini sangat menyakitkan, kejam, dan melibatkan sesama anak bangsa saling membunuh satu sama lain atas nama kekuasaan, secara pribadi saya merasa memasang bendera setengah tiang itu kurang bermakna jika dilakukan untuk sekedar berkabung. Bendera setangah tiang ini tiap tahunnya harusnya diperingati sebagai bertambah satu tahun dimana kebenaran dari sejarah hitam ini tidak terungkap, dan malah dimanfaatkan oknum tertentu untuk menyebarkan ketakutan yang tidak berdasar di masyarakat untuk kepentingan politiknya. 

Mari kita yakinkan bersama ya teman-teman. KOMUNISME IS DEAD! China saja sekarang itu sudah menjelma menjadi KAPITALIS! Hari ini anak bangsa, termasuk para pemimpinnya, mayoritas sudah menjadi Kapitalis demokratis. Anak mudanya liberalis. KTPnya agamais, tapi sebagian perilakunya sekuleris. Idealis Komunis sudah habis. Jadi yang masih bernarasi komunis masih hidup, sesungguhnya mereka yang berharap komunisme itu masih hidup. Anda setuju? alhamdulillah. Anda tidak setuju? ya gakpapa juga…

Lalu pertanyaan lanjutannya, apakah jika saya berharap agar kebenaran dari peristiwa itu diungkap membuat saya menjadi orang yang tidak mencintai Indonesia? Lagi-lagi itu terserah anda. Tapi menurut saya, kalau orang benar-benar cinta Indonesia, harusnya juga menuntut hal yang sama yaitu keterbukaan, kejujuran, dan kebenaran dari peristiwa berdarah yang pernah terjadi di akhir bulan september tahun 1965 tersebut.

Kita tahu bahwa peristiwa tersebut banyak memakan korban nyawa. Baik mereka itu Jenderal TNI, anggota PKI, simpatisan PKI, orang-orang yang anti-PKI, maupun orang-orang yang dituduh PKI. Intinya mah Kalau di buku sejarah angkatan saya, Apalagi Angkatan bapak, ibu, dan mertua saya, yang bersalah dari peristiwa itu pokoknya PKI! Yang jahat itu PKI. yang pembunuh itu PKI. yang atheis itu PKI. Pokoknya PKI itu setan! itulah intinya yang selalu diupayakan agar selalu dikenang oleh masyarakat. Bahkan strategi ala hollywood pun dikerahkan melalui film supaya masyarakat selalu ingat kekejaman yang terjadi waktu itu. Tapi belakangan, setelah ORBA tumbang, kisah lain dari sejarah hitam itu terkuak.

Dari minggu lalu sampai hari ini tanggal 3 Oktober 2023, saya melihat beberapa akun media sosial memposting foto-foto tokoh-tokoh yang berada di pusaran peristiwa kelam tersebut. Di situlah saya melihat bahwa netizen pun memiliki pandangan yang berseberangan. Sebagian besar ada yang meyakini bahwa hantu komunisme itu masih ada di Indonesia dan memiliki bahaya laten yang berpotensi merusak kehidupan bermasyarakat. Tapi ada juga mereka yang menuntut kebenaran dari peristiwa tersebut untuk diungkapkan. Bahkan ada sebagian orang yang meyakini sepenuhnya bahwa PKI akan bangkit lagi di hari ini seolah-olah partai ini masih berdiri di hari kemarin. Tapi ada juga sebagian yang menertawakan orang-orang yang berhalusinasi seperti itu. Sehingga saya pun menyimpulkan bahwa daripada berdiskusi mengenai sesuatu yang simpang siur di media sosial, akan lebih baik jika kita membentangkan apa yang secara terang benderang terjadi pada peristiwa. Daripada kita tunjuk sana tunjuk sini, lebih baik kita berbicara fakta mengenai peristiwa ini sehingga setidaknya ada sesuatu yang bisa kita sepakati bersama dan bisa dijadikan landasan bagi kita untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik.

Caption: Soeharto di tahun 1972, di Prancis, mengatakan bahwa bahan pembuktian (PKI sebagai dalang G30S) di pengadilan kurang memuaskan. Namun karena masyarakat melihat kekejaman pada saat itu, tidak mungkin mereka (PKI) dinyatakan tidak bersalah. Padahal menurut saya, masyarakat perlu mengetahui siapa sebenarnya dalang G30S. Pengadilan ini seharusnya terus dilanjutkan untuk mengetahui kebenaran tersebut agar potensi konflik 'laten' antar sesama anak bangsa ini bisa dihentikan seutuhnya.

Fakta 1: G30S Terjadi Karena Ada Yang Ingin Berkuasa Atas Masyarakat Indonesia 

Entah kamu orang yang percaya bahwa rezim militer itu adalah dalang dibalik peristiwa tersebut, atau kamu orang yang percaya bahwa PKI adalah dalang dari peristiwa tersebut, kita harus sama-sama sepakat bahwa ujung dari peristiwa itu adalah PEREBUTAN KEKUASAAN.
 
Bagaimanapun Kita tahu bersama bahwa setelah peristiwa itu, Soekarno di kudeta. Kudeta itu bisa jadi didalangi oleh Soeharto, atau bisa juga didalangi oleh PKI. Terserah mazhab kamu yang mana, tapi yang jelas setelah Soekarno, yang berkuasa adalah Soeharto. Soeharto bisa sebagai penyelamat dalam hal ini, atau bisa juga sebagai aktor utama dari peristiwa ini. Terserah mazhab kamu. Tapi diluar Soeharto VS Soekarno VS PKI, belakangan muncul nama lain dari peristiwa ini.

Bicara soal perebutan kekuasaan, nama Amerika pun muncul dalam kisah kelam ini yang diwakili oleh CIA. Dari kacamata yang lebih luas kemunculan nama Amerika ini jelas ada kepentingan untuk memiliki kekuasaan atas Indonesia sebagai sebuah wilayah geografis yang sangat penting. Amerika disinyalir tidak ingin Indonesia menjadi negara yang berada dalam pengaruh komunisme Cina dan Uni Soviet pada waktu itu. Lagi-lagi kalau kita lihat kontestasi power pada waktu itu, tentu saja tidak lepas dari keinginan untuk berkuasa. Mereka yang bisa punya pengaruh di Indonesia akan berkuasa atas Indonesia. Dan Amerika tidak mau China dan Uni Soviet memiliki “kekuasaan” atas Indonesia melalui ideologi komunismenya.Sehingga jika dilihat dari perspektif mikro maupun makro peristiwa ini adalah peristiwa tentang perebutan kekuasaan. Bisa disepakati?

Caption: Narasi Lain Dari "Pelaku Utama" G30S. Kebenaran Hanya Milik Allah.

Fakta 2: Peristiwa Dimana Anak Bangsa "Dibuat" Saling Membunuh Sesama Saudara Sebangsanya Sendiri

Terkait peristiwa ini, bendera setengah tiang itu seringkali ditujukan hanya untuk para Pahlawan Revolusi. lalu pertanyaannya, Apakah Bendera Setengah Tiang itu juga berkabung bagi mereka yang mati karena dituduh PKI padahal bukan, Maupun mereka yang tidak tahu apa-apa Dan sudah memiliki kepentingan apapun dalam peristiwa ini seperti masyarakat biasa pada umumnya? Lalu bagaimana dengan mereka yang memang Simpatisan PKI Dan mati pada peristiwa tersebut. Sementara ada fakta sejarah yang menyatakan bahwa PKI bukanlah dalang dari peristiwa ini. Apakah mereka dan keluarganya tidak layak untuk mendapatkan rasa duka dari kita Padahal mereka juga orang Indonesia?

Dari peristiwa ini Seharusnya Kita bisa belajar bahwa yang namanya perebutan kekuasaan itu bisa berdampak buruk bagi masyarakat di suatu negara. Orang-orang bisa MATI akibat kepentingan seseorang atau sekelompok orang. Bahkan menurut salah satu organisasi hak asasi manusia di Indonesia korban nyawa dari peristiwa ini mencapai 2 juta nyawa, dan sebagian adalah orang-orang yang dituduh PKI. Anda bisa bayangkan kalau 2 juta orang ngantri sembako sepanjang apa antriannya bukan?

Caption: Cerita yang menarik mengenai latar belakang Achmad 'Dipa Nusantara' Aidit

Fakta 3: Peristiwa Penuh Fitnah Yang 'Efek Fitnah' nya Sampai Hari Ini Terus Berlanjut

Harus disepakati bahwa peristiwa ini tidak hanya memakan nyawa mereka yang katanya “terlibat”, tapi mereka yang kena fitnah pun mati. Jikapun masih hidup, maka hidupnya pun tidak mendapatkan perlakuan layaknya manusia pada umumnya akibat di fitnah PKI. Bahkan Fitnah PKI pun masih berbunyi sampai hari ini. Bendera setengah tiang ini harusnya juga digunakan sebagai momen untuk berkabung bahwa fitnah itu masih ada sampai hari ini di antara kita.

Kalau memang yang mendalangi peristiwa ini adalah PKI atau simpatisan komunis. Lalu kenapa mereka yang anti-komunis juga jadi korban? Bisa jadi ketika peristiwa itu mereka yang anti komunis difitnah oleh siapa saja yang mendalangi peristiwa itu sebagai komunis. akhirnya mereka yang kena fitnah pun mati mengenaskan.

Kemudian ada yang memfitnah komunis itu sama dengan atheis. Memangnya pada saat itu mereka yang simpatisan komunis sudah pasti tidak beragama? Apa iya Soekarno sebagai sosok yang meyakini potensi paham komunisme sebagai anti-tesis dari kolonialis imperialis itu seorang atheis? dan apa iya orang-orang atheis ini pantas untuk dibunuh, padahal agama saja melarang kita untuk membunuh? Lalu bagaimana mereka yang terbunuh karena di kira PKI padahal bukan? Mungkin di hari itu iblis dan pasukannya membisikan semua orang di TKP untuk saling fitnah dan membunuh satu sama lain. Open your eyes hey orang-orang yang mengaku paling beragama. Jelas ini ada tangan setan bermain menyebarkan fitnah.

Setidaknya kita bersama bisa sepakat bahwa fitnah terhadap komunisme ini sudah banyak memakan korban bahkan sampai hari ini. Apa iya orang-orang yang dulu bersekolah di Cina atau di Uni Soviet adalah anggota Partai Komunis yang akan suatu hari akan menyusup ke dalam pemerintahan kita hari ini dan merusak kehidupan kita dalam bermasyarakat? Bahkan sampai hari ini masih ada oknum keluarga besar TNI yang menghidupkan PKI dalam narasi politiknya demi relevansi. Bahkan PKI yang sudah mati pun di fitnah masih hidup sama orang ini. Dari peristiwa ini, harusnya kita bisa belajar bahwa dalam politik, Fitnah itu adalah praktik berbahaya yang sepertinya dinormalisasikan oleh banyak orang dan sah-sah saja dilakukan selama itu bisa merebut kekuasaan.

Caption: Keterlibatan CIA pada G30S

Fakta 4: Kontestasi Kekuasaan Berbasiskan Ideologi dan Identitas Yang Melampaui Batas

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, “Ideologi” adalah seperangkat gagasan, ide, keyakinan, dan tujuan yang sistematis dan menyeluruh yang mencakup berbagai bidang kehidupan manusia. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat dan membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Sementara itu, “identitas” adalah ciri khas suatu bangsa yang pada dasarnya dikenal oleh bangsa lain. Pada periode tersebut, sejak perang dingin terjadii, kita tahu ada dua ideologi dominan yang bertempur untuk merasuki ke berbagai wilayah dunia. 

Kita bersama tahu bahwa G30S ini dikaitkan dengan ideologi komunisme. Dan fakta keterlibatan CIA yang dalam peristiwa ini menunjukkan bahwa ada upaya Amerika Serikat, yang memiliki ideologi kapitalisme dan demokrasi, untuk mengendalikan penyebaran idelogi komunisme di wilayah Indonesia. Sehingga jika mengacu pada keterlibatan CIA dalam peristiwa ini, maka menjadi sesuatu yang bisa disepakati bahwa pertumpahan darah yang terjadi pada saat itu adalah konflik berbasiskan ideologi. Tidak hanya ideologi, tapi juga peristiwa tersebut juga memunculkan atribut-atribut identitas dari kelompok-kelompok yang ada di Indonesia, antara lain: Identitas Partai (dalam hal ini PKI vs Anti-Komunis/ PKI, Identitas Palu Arit), Identitas Agama (asosiasi antara komunisme dan ateisme, dan menggadangkan bahwa peristiwa ini membunuh Ulama dan Pemuka Agama), Identitas Organisasi/ Kelembagaan (seperti TNI dan CIA). Maka dari peristiwa ini, seharusnya kita bisa belajar bahwa ideologi dan identitas ini bisa dimanfaatkan oleh oknum untuk memecahbelah bangsa dan membuat sesama anak bangsa saling membunuh saudara sebangsanya. Sehingga sudah sepantasnya masyarakat memboikot politisi yang membangun disparitas ideologi dan identitas yang ekstrim yang berpotensi memecahbelah bangsa, dan juga memboikot mereka yang melanggengkan eksistensi komunisme yang sudah tidak ada di dunia ini untuk kepentingan politiknya.

Singkat kata, Pengibaran Bendera Setengah Tiang kemarin harusnya digunakan untuk juga untuk berkabung bahwa satu tahun telah terlewat lagi dan kebenaran belum sepenuhnya terungkap. Bendera setengah tiang juga harusnya juga menjadi momen untuk berkabung bahwa demi kekuasaan, anak bangsa bisa dibuat untuk saling memfitnah dan membunuh satu sama lain. Berkabung karena fitnah itu masih terasa dampaknya sampai hari ini, dan fitnah itu masih dihidupkan oleh oknum untuk kepentingan politik. Berkabung karena sampai hari ini, rakyat Indonesia masih bisa rentan untuk dipecah-belah dengan menggunakan narasi yang digaungkan sejak 1965. Semoga Indonesia dan rakyat semakin kuat, dan bisa belajar dari peristiwa ini agar bisa hidup dalam damai. Aamiin.

Komentar

Postingan Populer