Elemen Kepemimpinan yang Harus Dimiliki Seorang Menurut Prof. Peter Senge

Baru dua kali saya mengikuti perkuliahan ‘Strategic Management’ di kampus. Tapi itu sudah cukup memberikan daya dorong untuk mengintrospeksi diri saya pribadi. Memang kuliahnya membahas tentang manajemen strategis, namun pembahasan mengantar peserta kelas untuk sampai pada kesimpulan bahwa dibutuhkan jiwa kepemimpinan untuk pelaksaan sebuah perencanaan strategis. Saya tidak tahu dengan peserta yang lain, tapi yang jelas materi itu benar-benar berharga buat saya. Maka di sini saya hanya ingin berbagi.
Ketika itu dosen saya menyampaikan tiga elemen penting yang harus dimiliki seorang pemimpin menurut Prof.Peter Senge dari MIT. Ia pada awalnya seorang tokoh Manajemen yang pada level pendidikan doktoralnya beralih menjadi seorang doctor ilmu Antropologi. Menurut dosen saya hal itu dikarenakan Peter Senge telah berkesimpulan dibutuhkan sebuah budaya yang kuat dan positif untuk menerapkan sebuah strategi (di dalam konteks sebuah bangsa). Misalnya Jepang, mereka memiliki etos kerja yang luar biasa yang tidak semua bangsa dapat menyainginya. Dan budaya etos kerja inilah yang telah mengantar Jepang sebagai negara maju pertama di Asia. Maka saya pun mulai mencari referensi dari Peter Senge perihal kepemimpinan.

Profesor MIT itu mengatakan bahwa terdapat tiga elemen yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi seorang pemimpin: (1) Designer—dosen saya menyebutnya Visioner; (2)Steward; dan (3) Teacher.

Pemimpin sebagai seorang Designer atau Visioner itu sudah jelas. Seorang pemimpin di sebuah kelompok atau organisasi yang tidak memiliki visi tidak bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin. Pemimpin tanpa visi berarti tidak tahu mau membawa kelompok atau organisasinya ke arah mana. Untuk itu untuk menjadi seorang pemimpin, ktia harus punya visi yang jelas, menetapkan tujuan jangka panjangnya (objective), berpikir strategis dengan menyusun perencanaan dan menetapkan tujuan jangka pendek (goals) nya. Kalau meminjam kalimatnya Prof. Ferdinand Saragih, segala sesuatunya itu tergantung dari “the man behind the gun”.

Pemimpin sebagai steward atau pelaksana. Pemimpin merupakan seorang yang turut melaksanakan perencanaan yang telah dibuatnya. Sederhananya orang yang walk the talk alias tidak Nato—kalau kata papa saya. Tidak hanya sekedar mengandalkan bawahan, tapi pemimpin juga ikut menjalankan strategi bersama rekan-rekannya.

Pemimpin sebagai Teacher juga salah satu faktor yang penting. Pemimpin harus memiliki kesabaran untuk mengajarkan rekan-rekannya untuk bisa menjalankan strategis yang sudah dirancang. Pemimpin biasanya memiliki kualitas tertentu yang tidak dimiliki orang lain, maka ia wajib untuk mengajarkan hal tersebut kepada rekannya dan menjadi guru yang sabar. Ketidaksabaran bisa jadi merugikan. Itulah alasan mengapa setiap kita memasuki organisasi baru dilaksanakan orientasi atau training bagi orang baru. Tujuannya adalah agar orang baru tersebut dapat menjadi bagian dari strategi tadi. Kalau pemimpin tidak sabar mungkin dengan tidak bijaksana mereka bisa mengganti seseorang dengan orang yang baru. Padahal di balik itu terdapat konsekuensi lainnya seperti terbuangnya waktu dengan sia-sia atau mungkin pemborosan biaya dan tenaga. Maka dari itu, pemimpin harus menjadi seorang guru yang mampu mengeluarkan yang terbaik dari setiap individu yang bekerja bersamanya.

Di akhir pembahasan, pak Ferdinand bercerita mengenai permasalahan bangsa yang dikaitkan dengan tiga poin kepemimpinan tadi. Ia berkata, “di Indonesia itu banyak sekali orang yang pandai merancang strategi. Banyak orang yang memiliki visi! Tapi tidak banyak dari mereka yang mampu melaksanakannya.” Wow, That’s so compelling statement! Jadi menurutnya banyak orang di Indonesia yang tidak memiliki dua elemen dari tiga di atas. kebanyakan mereka hanya memiliki elemen sebagai designer, namun tidak memiliki elemen steward dan teacher. Dan hal ini menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang banyak bermimpi tok.

Mungkin bagi saya untuk mengaitkan tiga poin ini dengan permasalahan bangsa masih terlalu jauh. Saya lebih tertarik untuk merefleksikan tiga poin tadi kepada diri saya. Dan saya menyarankan bagi kita semua untuk melakukan hal yang sama. Toh kita ini adalah bagian dari Indonesia yang akan memberikan kontribusi pada bangsa. Jadi saya pikir kita wajib untuk introspeksi diri, iya kan?

Do we have those qualities?

Komentar

Postingan Populer