Yang Membuat Film Terbaru Joker Magnetis untuk Khalayak Semua Umur.

Bukan! ini bukan review film Joker! Hanya reaksi terhadap di linimasa Media Sosial saya yang sekarang ini dipenuhi dengan konten mengenai film Joker. Ada yang mengkritik, ada yang memberikan pujian, ada yang menganalisis aspek psikologis Joker, ada yang menunjukkan dukungan pada nyatanya Mental Illness dan perlu ada suatu gerakan yang melakukan sesuatu untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut, ada yang mengkomparasi karakter Joker mulai dari Jack Nicholson hingga Joaquin Phoenix, dan masih ada lagi jenisnya. Yang jelas, Joker lagi happening banget! kenapa semua orang tertarik nonton Joker? Anak-anak pun, ibu-ibu pun. Whaaeeeee?

Yes! semua orang dari yang gak suka nonton, sampai anak-anak kecil yang sudah dilarang tapi masih saja tetap nonton. Ketika saya nonton, sebelah saya itu kakak beradik sekitaran SD -SMA. Mau negor kok rasanya bukan urusan saya ya?

Saya coba mengingat-ingat kembali bagaimana saya terekspos dengan konten-konten pra-penayangan film Joker hingga saat ini ketika film sudah tayang. saya menyimpulkan orang begitu tertarik dengan film ini karena Strategi Pesan yang digunakan untuk promosi film joker, khususnya di platform Digital. Sangat menarik melihat bagaimana excitment and tension dibangun di khalayak sasaran dan itu berhasil membuat ‘gelisah’ para calon penonton, terutama di kalangan anak-anak muda, bahkan yang kecil sekalipun.

Building up Tension

Joker Official Trailer

Saya ingat pertama kali muncul trailer film Joker ini yang menunjukkan transisi Arthur Fleck tanpa make up badut sampai menjadi Joker dengan full make up. Adegan diawali dengan wajah tanpa tata rias memperlihatkan wajah Arthur yang biasa saja, perlahan tersenyum lebar, dan berubah menjadi Joker dengan tata rias lengkap dan tersenyum, diakhiri dengan ekspresi Joker yang penuh dengan amarah. Bersamaan dengan trailer tersebut, beredar juga konten-konten baik itu postingan di Instagram ataupun artikel di beberapa Media Online yang mengulas betapa menyeramkannya wajah Joker versi Joaquin Phoenix dibandingkan dengan Joker-Joker yang sebelumnya. Dan jika anda sudah menyaksikan film tersebut, anda akan bisa mendapatkan bahwa wajahnya tidak se-mengerikan itu jika dibandingkan dengan apa yang ada terjadi di dalam jiwa dan pikirannya.

Joker Final Trailer

Menonton trailer di atas saja bisa terlihat betapa kehidupan Arthur dipenuhi dengan masalah. Mulai dari Bullying, tidak didengarkan oleh orang lain, diprasangka buruk, dipukuli, ditertawakan, dan seterusnya. Pada trailer, ada adegan di detik 23, dimana Arthur tertawa terbahak-bahak dan ketika diujung belokan jalan, langsung ia berubah gerak tubuh dan ekspresinya menjadi diam dan “marah”. Ada yang bilang bahwa kondisi ini adalah Pseudobulbar Affect (PBA) yaitu kondisi otak akibat trauma yang menyebabkan seseorang tertawa atau menangis tidak terkontrol, sehingga menyebabkan orang tersebut disconnected dari respon normal dari sebuah interaksi sosial. Akibat kondisi itu seseorang bisa dipersepsi depresi atau gila akibat respon yang tidak sesuai dengan yang “seharusnya”. Tapi, jika mengacu pada detik 23 tadi, bisa terlihat bahwa Arthur bisa mengendalikan tertawanya. Jadi benar adanya bahwa Arthur sakit jiwa dan film ini murni tentang ‘bermasalahnya’ kondisi mental seseorang. Delusi, amarah, dan depresi.

Peringatan yang Bikin FOMO!

Alamo Drafthouse Cinema membuat peringatan yang menjadi viral di jagad Media Sosial dan Social Messengger. Peringatan ini sangat keras, lugas, tidak basa-basi ditujukan kepada orang tua bahwa film ini bukan buat anak-anak. Orang langsung mengerti pesannya, dan tidak hanya mengerti, peringatan ini juga mengundang orang tua (atau orang dewasa pada umumnya) untuk membaginya di linimasanya. Bukan jadi peringatan yang baik, malah menjadi undangan yang massive dan extremely inviting. Peringatan ini menjadikan film Joker sebagai ‘dosa’ yang sangat menarik, dan membuat semua orang, khususnya anak-anak muda menjadi takut kehilangan hype. Peringatan yang membuat orang jadi FOMO, Fear of Missing Out. Kebayang rasanya jadi anak SD, SMP, SMA yang melihat peringatan ini. Aduh penasaran banget! Aduh ini pasti keren! Aduh ini jangan sampe ketawan bokap nyokap kalau nonton! Aduh enggak keren banget sih gak nonton, gw kan ‘bukan anak kecil’. Kebayang seorang anak remaja ngumpet-ngumpet lagi pacaran, kebayang anak-anak kecil makan selai coklat atau selai kacang pakai sendok langsung dari botolnya, kebayang anak remaja baru tahu nikmatnya masturbasi. Benar-benar film Joker menjadi blissful sin. Dan lo kalau enggak nonton, kurang keren!

Meskipun keren peringatannya, tapi tidak efektif membendung anak-anak untuk tidak nonton. Kakak Beradik yang duduk sebelah saya pun mungkin merasakan sedikit penyesalan setelah menonton. Terutama si Kakak yang membawa adiknya. Terlihat sang Kakak berusaha menutupi mata si Adik ketika adegan Arthur menusuk mata seseorang dengan sadis. Namun dilihat dari segi bisnis, peringatan ini sangat baik! Karena pada akhirnya semua segmen masyarakat berhasil datang ke bioskop. Tidak hanya datang dan nonton film Joker, tapi juga berbagi pengalaman dan pandangannya setelah nonton film, membuat orang lain penasaran juga dengan filmnya akibat postingannya di Media Sosial, dan akhirnya orang yang belum nonton pun datang ke bioskop untuk melihat komedi tragis di kehidupan Artur Fleck karena penasaran. Ineviatble chain of reactions. Jadi, jika nanti muncul Joker-Joker berikutnya, andapun salah satu kontributornya. hahahahahahaha #Becanda

Anyway, semoga siapapun yang menontonnya bisa bijak mengolah semua pesan yang ada dalam film tersebut. Dan berikutnya kalau mau membendung anak kecil nonton film seperti ini, pihak bioskop harus lebih tegas dalam bertindak.

Komentar

Postingan Populer