Young Generation Yang Maunya Serba Instan dan Drakor Start-Up di Netflix

Perseteruan antara #TeamDosan dan #TeamJipyeong ini mengingatkan saya untuk membicarakan momen ketika pertamakali menjadi pengajar di Universitas, dan merasakan perbedaan mindset yang signifikan antara generasi kelompok usia atas dari generasi millenials dan generasi Z terkait persepsi umum tentang dunia Start-Up. Ada yang positif, tapi ada juga yang negatif.

Kayaknya drakor Netflix yang judulya Start Up lagi rame ya.. Gak laki gak perempuan, semua pada share soal Start-Up di Instagram Story, di Timeline Medsos… Tapi ini saya enggak bahas tentang drakor itu ya… Meskipun saya bahas topik saya kali ini karena saya juga lagi nonton Start Up di Netflix. Tenang sudara-saudari sekalian, saya gak akan memihak antara Dosan atau Jipyeong, karena saya yakin lo pada punya pilihannya masing-masing dengan alasannya masing-masing. Jadi ya terserah aja, mau pilih yang udah kaya, atau pilih yang lagi usaha. Tapi yang jelas buat emak-emak yang sudah berpengalaman, Jipyeong adalah pilihan yang mudah, dan buat anak muda yang belum benar-benar merasakan “dunia nyata”, Dosan emang ganteng. Clear ya.. Tapi yang jelas ini saya cuma bilang begini.. Terkait Jipyeong dan Dosan, dan juga terkait persepsi umum soal Start-Up. Jipyeong adalah wujud imajinatif atau fantasi anak muda soal sebuah startup, dan Dosan adalah wujud nyata soal start up yang terabaikan oleh anak muda.


Kalau ngomongin soal dunia Start Up, saya selalu inget pas waktu saya mulai mengajar di kampus. Waktu itu tahun 2013… Pada saat itu saya merasakan bahwa anak kuliahan jaman sekarang itu mindset-nya beda banget ya sama generasi saya pas saya masih dibangku kuliah. Perbedaannya adalah anak-anak jaman sekarang itu tidak terlalu bercita-cita untuk bekerja di perusahaan besar, di perusahaan multinasional, di BUMN, dan korporasi-korporasi lainnya. Jaman dulu saya kuliah, mayoritas temen-temen saya itu bercita-cita banget untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Sebut saja Unilever, Nestle, Exxon Mobil, Chevron, Total Indonesie, Shell, Garuda Indonesia, Bank Mandiri, Rio Tinto, dan lain-lain sebagainya. Dan dulu itu sosok-sosok seperti CEO, Vice President, Manager, dan lain-lain itu jadi role model banget Makanya kalau acara kampus itu, yang diundang jadi pembicara ya mereka-mereka itu. Dulu kalau ada teman yang berhasil magang di salah satu perusahaan itu, wah ini temen saya bakal jadi orang sukses nih! Ya…Begitu lah generasi saya. Dan memang kenyataannya banyak teman-teman kampus saya menduduki beberapa posisi penting lah di perusahaan-perusahaan besar. Cuma saya doang yang enggak, emang dari dulu saya agak aneh, makanya sekarang malah nulis blog dan bikin podcast. Hahaha. Anyway, beda sama generasi kampus sekarang ini.

Di acara seminar kampus, muncul tuh profesi-profesi baru yang jadi pembicara. Youtuber jadi pembicara. Celebgram jadi pembicara. Social Media Manager jadi pembicara, padahal tuh orang kerjaannya tiap hari main sosmed… hahaha. Ya era emang sudah berubah, kemajuan teknologi telah memunculkan profesi baru dan juga perusahaan rintisan jenis baru yang dianggap lebih ‘sexy’ ketimbangan perusahaan-perusahaan besar yang dulu jadi idaman generasi saya. Kemunculan perusahan-perusahaan seperti Gojek, Grab, Traveloka, Tokopedia, Shopee, dan lain-lain, mengubah haluan anak-anak muda itu. Jelas saat ini perusahaan-perusahaan itu jadi incaran anak-anak muda yang mencari pekerjaan. Enggak usah ngomongin Gen-Z, mereka udah pasti usia yang look-up banget to these companies, bahkan generasi Millenials atau Gen-Y kayak saya aja ikut memperebutkan posisi-posisi di perusahaan-perusahaan tersebut. Dan tidak jarang atasan mereka usianya lebih muda. Kemunculan Start-Up ini bukan hanya mengubah Iklim Investasi di Indonesia, tapi juga shifting the mindset of the whole generation. Makanya Paska kemunculan mereka saya merasakan sekali perbedaan mindset tersebut. Salah satu perbedaan positif yang saya rasakan adalah the spirit of entrepreneurship yang semakin tinggi. Yang kedua, saya juga merasakan kalau opportunity terasa lebih terbuka bagi generasi muda. Asal lo punya skill yang dibutuhkan, dan lo jago dan bisa membuktikan, lo bisa kerja di perusahaan Start-Up, dan usia bukan lagi jadi pertimbangan signifikan dalam merekrut seseorang. Dan menurut saya pribadi itu benar banget ! Karena seseorang bisa saja punya pengalaman kerja yang sudah lama, tapi selama pengalaman kerjanya itu tidak ada self-improvement dia pribadi dilakukan dan tidak ada kontribusi value yang dia berikan pada perusahaan, dan kecenderungannya, semakin tua, semakin tidak produktif. Maaf ya pak, bu.. tapi that’s true.. Tapi itu kecenderungan ya pak, bukan berarti semua senior seperti itu. Karena saya dulu punya atasan, usia boleh kepala 5, tapi otak jalan terus, effectiveness dan efficiency nya tetap terjaga. So, buat para senior saya ucapkan selamat berkompetisi dengan generasi muda ya.. Anyway, disamping energi positif yang dimunculkan oleh dunia Start-Up, muncul juga energi negatifnya.

Banyak yang bilang kerja di perusahaan Start-Up itu gajinya tinggi. Bahkan sangat tinggi untuk level fresh-graduate. Dan itu menjadi magnet buat anak-anak muda sekarang yang sangat realist dan sangat tidak idealist. Yes, mereka sangat realistis sehingga uang dan kekayaan jadi goal-nya. Bukan lagi sebuah idealisme. Kalau dulu generasi saya kan pengennya kerja di sebuah perusahaan yang menjalankan CSR karena tidak hanya mencari keuntungan semata, tapi juga berkontribusi pada lingkungan. No, sekarang gak gitu.. realistis aja. Piti dan cuan is everything. Moral compass comes after money. Setelah punya duit, saya baru akan berkontribusi pada society. Gitu kali ya.. ya itu setengah imaginasi saya sih, tapi ya mungkin ada yang seperti itu.

Ya saya Cuma mau bilang ya terserah aja, tapi yang jelas gaji gede, kompetisi untuk masuknya juga tidak semudah angan-angan anda pak.. Jadi keep it real juga bro, lo harus berusaha keras supaya bisa jadi yang teratas. Jangan buru-buru mau pakai iphone 12 atau mercedes-benz pak, harus ada usahanya. Kalau lo mau cepat kaya, caranya mudah, katanya sih jadi agen asuransi aja, inshaAllah ada jalannya.. hahaa, tapi ingat ya… rejeki tetap di tangan Tuhan ya… anyway, jadi anak sekarang itu motivated by materials, why? Ya pada dasarnya itu yang diajarkan sama pencitraan di sosmed.. saya gak tau siapa yang mulai, tapi gara-gara sosmed muncul tuh dunia yang terbelah antara Sultan dan Sobat Misqueen. Saya doain lo semua yang dengerin podcast saya pada jadi sultan ya…Aamiin..

Lanjut… jadi yang mau kerja termotivasi karena uangnya. Nah, ada juga yang berpikir mau memulai Start-Up karena pengen cepet kaya. Lagi-lagi motivated by money. Mereka pikir makan duit investor, bakar-bakar duit buat promo, wah enak ya.. Padahal itu semua ada KPI nya dan harus dipertanggungjawabkan. Coba deh lo nonton lagi deh tuh drakor Start-Up, untuk mendapatkan investor saja lo harus berkompetisi dengan ide business yang lain, dan berusaha keras untuk bisa meyakinkan calon investor. Selain itu, lo harus mau kolaborasi sama orang, gak bisa mau bikin bisnis besar, tapi jalanin sendiri… waduh repot ya.. enakan main game sama main sosmed aja ya.. hehe Yes, harus bisa kolaborasi, tahu diri dimana kemampuannya, harus punya common goals sesama founders, dan masih banyak deh pokoknya. Kenyataannya memang tidak gampang sebenarnya, tapi ya itulah anak muda sekarang yang apa-apa maunya serba instan. Makanya lihat Jyipeong di drakor Start-Up yang dilihat cuma mobilnya, duitnya, fashionnya, gayanya.. tapi masa kecilnya yang susah, jadi yatim piatu, dan usaha-usaha keras yang dia lakukan cenderung diabaikan… ya Mudah-mudahan drakor Start-Up ini tidak hanya menghibur para pecinta drakor, tapi juga bisa mengajarkan seperti apa itu Start-Up… Supaya ketika memang lo mau memulai Start-Up, motivasinya itu bukan uang, tapi jauh lebih besar dari itu. Karena saya tau banget yang namanya Start-Up itu visinya tidak pernah soal uang, tapi soal masa depan jangka panjang yang akan lo hadirkan dengan ide start-up lo. Money comes after.. Sekarang coba aja lo bayangin, seorang Elon Musk adalah orang yang pengen cepet kaya dan punya banyak uang. Enggak mungkin dia mau buang-buang duit dan waktu bikin Space X. Terus bayangin kalau Bill Gates dulu adalah orang yang pengen cepet kaya, banyak uang, dan hidup bermewah-mewahan, gak mungkin di usia tuanya dia mau bikin Toilet yang bisa mengkonversi Tokai jadi air yang layak minum. Jadi itu semua butuh visi, komitmen, butuh modal, modal itu gak Cuma uang ya pak. Jadi apapun itu lo harus lakukan semua dengan alasan yang benar dan kuat… begitu pak.. Beneran deh, kalau lo mau cepet kaya, tanpa modal, jangan bikin atau kerja di Start-Up… jadi agen asuransi aja.

Komentar

Postingan Populer