Postingan

Menampilkan postingan dengan label Media Sosial

Di Era Transisi Peradaban Manusia Berikutnya: Dimana Kita Bisa Berkontribusi?

Gambar
Sekarang sudah 2025. Lima tahun tahun lalu Pandemi, dan hari ini rasanya perubahan yang terjadi dalam hidup kita cepat sekali. Yang terjadi bukan lagi sebuah evolusi, tapi sebuah revolusi peradaban yang didorong oleh teknologi yang berkembang pesat hari ini, di penghujung era informasi.

Salah Satu Sumber Distraksi Hidup Anda itu Adalah Media Sosial

Gambar
Saya menulis ini setalah sehari sebelumnya presentasi ke klien mengenai evolusi gaya hidup Gen-Z yang sekarang ini "katanya" cenderung lebih 'mindful', lebih berorientasi pada kualitas daripada kuantitas, lebih peduli sama kesinambungan, lebih tidak impulsif dalam pengeluaran, dan seterusnya. Dari You Only Live Once (YOLO), berevolusi menjadi You Only Need One (YONO). Dari Fear of Missing Out (FOMO) berevolusi menjadi Joy of Missing Out (JOMO). Mungkin saja tren yang asalnya dari "luar" ini ada benarnya sudah menular ke Indonesia, dan menurut saya evolusi ini cukup baik untuk di adaptasi ke dalam gaya hidup konsumen negeri konoha yang katanya suka banget minum 'Coffee Latte' dan 'Americano' setiap hari. Meskipun informasi mengenai evolusi gaya hidup konsumen Gen-Z ini sudah beredar di dunia maya sejak tahun 2019, dan mulai merebak di tahun 2024, saya yakin informasi yang positif terkait gaya hidup yang "lebih baik" ini belum tentu s...

Apa Iya Dalam Politik Yang Populer Itu Lebih Unggul Daripada Yang Punya Gagasa

Gambar
Saya pribadi banyak belajar dari Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. Demi kebaikan bangsa dan negara, memang benar kita semua harus berpartisipasi dalam pesta politik selagi punya kekuatan untuk ke Tempat Pemungutan Suara. Kedua tahun itu adalah pesta demokrasi yang suram menurut saya. Bangsa ini terpecah belah. Polarisasinya sangat terasa hingga ke unit masyarakat terkecil, yaitu KELUARGA!

Mengapa Media Sosial Bukanlah Sumber Informasi yang Tepat untuk Demokrasi?

Gambar
Menjelang Pemilu 2024, saya-dan tentu banyak orang lainnya-khawatir soal Netizen Indonesia yang mesra sekali dengan Media Sosial. Media sosial sudah pasti fenomena yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern dan kekinian. Dengan media sosial, kita bisa berkomunikasi, berinteraksi, dan berbagi informasi dengan orang-orang yang kita kenal maupun yang kita tidak kenal. Tidak hanya sesama masyarakat Indonesia, tapi juga sesama masyarakat dunia. "kebergantungan" masyarakat kepada Media Sosial seringkali membuat saya berpikir: 'apa iya' media sosial bisa dijadikan sebagai sumber informasi yang baik terutama dalam konteks demokrasi? Apa jadinya jika suatu negara yang menggadang-gadangkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan dan nilai dalam bermasayarakat menggunakan informasi-informasi yang beredar di Media Sosial sebagai referensi mereka sehari-hari? Sebagai sebuah sistem pemerintahan, Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah yang diciptakan manusia dalam upay...

Cara Netizen untuk Menghindari Depresi dan Gelisah Akibat Media Sosial

Gambar
Ternyata Netizen masa kini banyak yang depresi gara-gara media sosial. Setiap hari disuguhi konten-konten yang membuat jiwa tidak tenang, hati berguncang, jantung berdebar, birahi membara, dan seterusnya. Jika hari ini linimasa media sosial menyuguhi pameran kekayaan dan kemewahan harta benda, besoknya menampilkan kecantikan dan keindahan tubuh laki-laki maupun perempuan. Belum selesai sampai disitu, keesokkan harinya lagi linimasa menghadirkan konten-konten yang membuat iri hati netizen, misalnya ngajak pacar liburan ke pulau, kasih hadiah ulang tahun pacar sebuah mobil, dan lain sebagainya. Pada akhirnya Media Sosial bukannya berdampak positif, malah membuat Netizen semakin depresi menghadapi realitas hidupnya. Realitas Sosial Terbentuk oleh Paparan Media yang Konstan Ada sebuah teori media yang namanya Teori Kultivasi, yang dikemukan oleh George Gerbner di tahun 60an . Meski Teori Kultivasi adalah teori yang mengkaji efek jangka panjang dari khalayak televisi, relevansinya pada medi...

Cara Menyikapi Teman yang Tidak Menyukai Kesuksesan Anda

Gambar
Dari kecil kita diajarkan untuk menjadi kompetitif. Guru dan Orang tua kita akan memberikan reward jika kita mendapat nilai yang baik, apapun itu bentuknya. Apalagi jika kita mendapatkan ranking 5 besar, reward yang didapat pasti lebih besar. Jika ada teman kita yang nilainya lebih bagus, kita selalu dibanding-bandingkan, baik itu sama guru ataupun orang tua kita. Jangankan sesama teman, sama saudara saja suka dibanding-bandingkan. Sehingga dari sana jiwa kompetitif kita muncul. Hal ini secara tidak sadar menimbulkan pola pikir yang kompetitif diantara kita. Tidak usah bicara mengenai orang yang kita tidak kenal, teman atau saudara kita saja bisa jadi ada yang tidak suka dengan pencapaian yang sudah kita capai. Beberapa dari anda mungkin menyadari jika di sekitar anda ada teman-teman (atau saudara) yang tidak suka jika anda mencapai keberhasilan tertentu. Meski mereka bisa anda sebut “teman”, tapi mereka adalah orang-orang yang lebih bahagia jika anda tidak lebih baik dari mereka. Ka...

Alasan Jangan Terbawa Hype-nya Makanan dan Minuman Kekinian

Gambar
Buka Media Sosial anda sekarang! Sudah pasti anda akan melihat beberapa kawan Media Sosial (Medsos) anda mempublikasi fotonya saat mereka akan menikmati aneka hidangan dan minuman yang tampak menggiurkan. Setelah melihat foto atau video tersebut, anda mungkin tertarik untuk juga mencoba makanan atau minuman tersebut saat anda ada waktu, dan saat ada uang tentunya. Fenomena ini menunjukkan bahwa ternyata dunia kuliner di era Medsos ini telah bergeser dari menjual sekedar makan dan minuman, menjadi menjual pengalaman berkuliner. Melihat linimasa Medsos dan daftar makanan di aplikasi ojek online, sepertinya hidup kita akan dihabiskan untuk makan. Buaanyaak sekali pilihan makanan sampai-sampai kita bingung mau mulai dari mana mencobanya. Dan karena medsos, rasanya kita ini juga “dituntut” untuk ikut mencoba kuliner yang lagi “trending”. Kalau enggak cobain, jadi ketinggalan tren. Kalau ketinggalan tren, kita tidak bisa eksis (setidaknya) di medsos. Tidak bisa eksis di medsos, maka seolah...

Social Media Role on Building Brand Equity Perception

Tahun 2010, Singapore Tourism Board meluncurkan Nation Brand Campaign bertema YourSingapore. Mungkin ini pertamakalinya sebuah negara menggunakan Digital Platform sebagai sentral dari aktivitas komunikasi pemasarannya. Mereka menyebut strateginya dengan strategi “Drive-to-Web”, dimana tujuannya adalah agar pelancong nantinya dapat mendapatkan berbagai informasi wisata dari website dan mengoptimalisasi perjalanan wisatanya di Singapore dengan mengkustomisasi rencana perjalanannya masing-masing. Ide besarnya adalah personalize your Singapore experience. Meski ada kelemahan pada proses penelitian, kesimpulan yang saya ambil di tahun 2011 sangat relevan sekali dengan apa yang terjadi saat ini. Social Media Role on Building Brand Equity Perception – Ichsan Rasyid Thesis Presentation from M. Ichsan Rasyid