Biar Warga Jakarta Bisa Melesat, Kota Jakarta Masih Banyak PR-nya.



Kota Jakarta (JKT) masih banyak PR-nya. 

Kalimat di atas jangan dimaknai sebagai preferensi politik. Tidak semua pernyataan bermuatan politik.

Saya mungkin salah satu warga JKT yang sudah mengaku KALAH dengan kemacetan. Salut buat teman2 yang bisa berlama-lamaan di dalam mobil mengantri di kemacetan JKT. Jam 10-11 masih stuck di jalanan dengan AC di dalam mobil. Meskipun kadang saya suka bertanya-tanya, kerja apa klean ni? jam udah siang begini belum sampai kantor.  👻😆

Dengan begitu, sekarang jika saya ada keperluan di tengah kota, saya lebih memilih naik transportasi umum. Transjakarta (TJ) ataupun MRT. Atau ya dengan andalan kita Ojol. Daripada saya meramaikan suasana di kemacetan dan bikin runyam hidup orang lain kan? Suatu hari, sepulang liburan dari Hong Kong (HK), Saya dan istri nonton konser musik di Jakarta dan acara selesai jam 23pm. Selama 7 hari di HK kami menggunakan MTR dan Bus disana. Sangat nyaman! Dan yang paling penting terintegrasi MTR mereka ke seluruh penjuru kota. Bahkan sampai titik kota yang tinggi seperti di Victoria Peak masih terintegrasi dalam sistem MTR mereka. 

Akhirnya berbekal kebiasaan 7 hari di HK, kami memutuskan untuk pulang ke rumah dengan menggunakan transportasi umum seperti yang kami lakukan di HK beberapa hari yang lalu. Setelah jalan sekitar 1 km, kami baru ingat, bahwa TJ terakhir beroperasi jam 22pm. Ketawan banget jarang naik transportasi umum sampai jam operasional TJ aja lupa. 😝

Anyway, ketika kami keluar dari venue konser, di depan hotel Mulya Senayan, kami baru menyadari bahwa halte terdekat untuk jalur TJ yang kami ingin naiki mengharuskan kami jalan setidaknya 20-30 menit. Setidaknya jarak itu yang direkomendasikan oleh Google Maps. Wow! Lumayan jauh ya! 

Sambil berjalan dari hotel Mulya menuju Senayan Trade Center, saya ngobrol sama Istri: Apa tidak ada ya Connecting Linenya? Harusnya sih ada ya, tapi apa mungkin connecting line ini belum terintegrasi ke dalam sistem, atau jam segitu tidak ada yang beroperasi? Apa jangan-jangan kami yang tidak tahu ya? 😑

Dalam hati saya menyebut, Auntung nonton konser enggak bawa anak-anak seperti pas liburan di HK kemarin. Ternyata naik MTR bawa 2 anak kecil usia di bawah 7 tahun dan 1 balita dengan membawa 2 stroller itu sungguh menantang. Apalagi HK itu sepertinya di desain bukan untuk keluarga (yang besar), jadi ya memang kesimpulannya HK itu cukup menantang untuk keluarga bersama anak-anak. DAn harapan saya JKT bisa jauh lebih baik daripada HK dalam hal fasilitas pejalan kaki dan transportasi umum untuk individu maupun keluarga sekalipun. 

JKT ini sudah berkembang sangat pesat. Tapi memang masih banyak PR yang harus diselesaikan agar bisa lebih melesat lagi. Integrasi transportasi salah satunya. Jadi buat kami-kami yang sudah “MENGIBARKAN BENDERA PUTIH” dengan kemacetan JKT bisa dengan mudah berpindah dari satu titik ke titik lain dengan mudah, murah, dan cepat. Kalau naik mobil, sudah pasti tidak cepat, karena antri dan absen dulu sama lampu merah. 

Segitu dulu kali ya pagi ini. Anyway, akhirnya kami naik taksi pulang ke rumah 😅

Komentar

Postingan Populer